Tuesday, October 30, 2012

Beratnya perjuangan mencari pekerjaan

Saat jaman SMA, ditanya sekolah dimana, kita akan bilang SMA A, SMA B, atau SMA-SMA bergengsi lainnya, begitupula saat kuliah, kita dengan mudah mengatakan ingin kuliah di Universitas X, Y, maupun universitas bergengsi lainnya.
Tetapi setelah selesai kuliah, ketika kita belum memiliki pekerjaan, dapatkah kita dengan mudah mengatakan mau kerja di company M,N,atau company bergengsi lainnya? Belum tentu
Tidak semua orang dengan mudah memperoleh pekerjaan segera setelah selesai kuliah. Bahkan ada yang harus menunggu beberapa bulan hingga mendapatkan pekerjaan. Kenapa ya?
Some people say its all about luck
Tidak hanya orang yang pintar saja yang langsung diterima di suatu perusahaan, terkadang orang yang beruntung yang bisa diterima di suatu perusahaan. Mungkin dengan nilai IPK tinggi tetapi tidak sesuai dengan kualifikasi calon perusahaan, entah karena komukasi atau kepribadian si calon kandidat.
Berbagai cara ditempuh demi mendapatkan pekerjaan yang setidaknya sesuai dengan jurusan kuliah. Cara-cara tersebut antara lain mengikuti JobFair, Iklan Koran, Website, maupun informasi dari teman-teman sekitar.
Ketika kita mencoba melamar pun, terkadang yang kita pilih adalah posisi yang tidak sesuai dengan jurusan kuliah kita, mungkin kita berpikir, lebih baik kita memiliki pekerjaan terlebih dahulu, sesuai tidaknya dengan jurusan kuliah kita menjadi prioritas kesekian.
Sebegitu beratkah mencari pekerjaan? Memang, karena hal ini berkaitan dengan masa depan kita, jadi baik kita maupun calon perusahaan menginginkan hal terbaik demi masa depan.
Apapun usaha yang kita lakukan, apapun posisi yang akhirnya kita terima, kita harus bekerja dengan penuh loyalitas, bertanggung jawab, dan mencintai pekerjaan kita
Bagaimana dengan pengalaman mencari kerja anda?

Sunday, October 28, 2012

Kerjaan Overload, how to deal with it

Pernahkah kita merasa pekerjaan kita habis selesai dan thats it?
Ketika kita menyelesaikan satu pekerjaan, pastilah pekerjaan-pekerjaan lain akan menanti. Bukan hanya satu tetapi bisa bertumpuk-tumpuk lagi.
Sebagai seorang karyawan, kita tidak mungkin menolak tugas maupun pekerjaan yang dilimpahkan kepada kita oleh atasan kita, kecuali ingin kehilangan pekerjaan.
Tetapi bagaimana jika 'serangan' pekerjaan bertubi-tubi itu sudah mencapai ambang stres kita? Bagaimana jika kepala kita sudah hampir pecah?
Yep, kita sudah overload dengan pekerjaan kita, tetapi ada beberapa hal yang dapat saya bagikan yang mungkin dapat membantu menenangkan diri menghadapi situasi pekerjaan seperti ini.
-Jangan ragu minta bantuan--
Tugas terabaikan bisa jadi bukan karena kita tidak memiliki kompetensi di bidang tersebut untuk menyelesaikannya, namun seringkali terjadi karena berlebihnya tugas dengan tenggat waktu yang ketat. Cobalah membicarakan masalah ini dengan atasan kita. Bisa jadi, tugas yang menumpuk dipundak karena atasan kita tidak sadar dengan jumlah tugas/pekerjaan yang diberikan kepada kita. Jika memungkinkan, kita bisa juga kok mengatur sendiri pendelegasian tugas kepada rekan yang lain ataupun anak buah.
--Kontrol emosi dengan berhenti mengeluh--
susah memang untuk mampu mengontrol diri untuk tidak mengeluh, tetapi menahan emosi ini adalah cara efektif untuk meredakan stres yang menghantui pikiran kita. Kurangilah mengeluh karena hal tersebut hanya akan membuat kita (serta orang disekitar kita) menjadi resah. Lagipula, mengeluh tidak akan membuat pekerjaan kita selesai, kan?
--Hindari situasi overload dari awal--
Pastikan kita tidak menunda setiap tugas rutin,karena kita tidak tahu kapan tugas dadakan yang tidak mungkin ditolak akan muncul. Berpikir ulang sebelum mengiyakan tugas tambahan yang sifatnya diluar tanggung jawab kita,ok?
--Jangan kebiasaan overtime--
Overload pekerjaan biasanya terjadi justru ketika kita bekerja melebihi jam kerja yang seharusnya. Ketika 'kebetulan' berada di meja kerja,kita akan mulai 'melihat-lihat' pekerjaan yang dilakukan untuk 'mengisi' waktu. Jangan hanya buat target jenis tugas yang harus selesai hari ini,tetapi juga buatlah target waktu (didalam jam kantor) kapan satu pekerjaan harus selesai. Biasakan diri untuk pulang kantor pada waktu yang pantas
--Eliminasi tugas yang tidak penting--
Hal ini berkaitan dengan masalah prioritas. Akan lebih efektif jika kita memulai dengan tugas yang bisa cepat diselesaikan. Tanyalah pada diri sendiri atau tim, proyek mana yang memakan energi tetapi kurang menghasilkan









Sulitkah Aku Berubah?

Bahkan diubah oleh orang yang sangat kusayangi?
Berulang kali dia mengeluhkan mengenai sikap egoisku, keras kepalaku, dan sikap tidak ingin mendengar nasehat orang lain.
Aku mengakui sudah sangat lama aku hidup dengan nyaman, dengan sifat dan perilaku menang sendiri. Selama ini aku menganggap bahwa keinginanku lah yang harus diikuti, apabila orang lain tidak sependapat, mereka boleh kehilangan aku (yang kupikir merupakan kerugian bagi mereka)
Aku selalu merasa diri sebagai seseorang yang superior, padahal hal ini hanyalah untuk menutupi diri sendiri. Menutupi diriku yang sebenarnya sangat lemah, belum dewasa, butuh dibimbing dan diarahkan.
Sikap nyaman itu mulai diusik oleh orang yang aku sayangi, dia berpendapat bahwa perilakuku tidak benar, dalam kaitannya berhubungan dengan orang lain. Sikapku yang lebih cepat mementingkan ego pribadi dapat memberi efek tidak baik kedepannya, baik untuk pertemanan maupun dengan pasangan.
Aku beruntung memiliki seseorang yang dengan sabar mau mengingatkanku untuk berubah, bukan menjadi pribadi yang lain, tetapi berubah menjadi seseorang yang lebih baik.
Tetapi hal ini butuh proses, bahkan termasuk argumen dan berselisih antara aku dan dia. Ia selalu dan terus menerus mengingatkanku, tetapi aku terlalu bebal untuk berubah.
Aku khawatir suatu saat dia lelah dan bosan untuk membimbing aku, padahal aku sangat membutuhkan dia sebagai pegangan aku.
Sekali lagi, keegoisanku bisa memberi dampak buruk terhadap hubungan kami, dengan lingkungan sekitar juga.
Bisakah aku berubah?
Harus bisa
Aku memiliki seseorang yang membutuhkanku, akupun sangat membutuhkan dia
Jangan sampai keegoisanku merusak semuanya
Aku harus bisa,sebelum aku kehilangan dia

Saturday, October 27, 2012

Mengapa harus marah?

Sesabar-sabarnya seseorang terhadap sesuatu hal, ada kalanya memiliki batas. Coba diingat apakah kita pernah merasa tidak marah terhadap sesuatu hal?
Rasanya mustahil seseorang tidak pernah merasa marah, bahkan mungkin dalam sehari bisa lebih dari satu kali kita marah-marah. Nah, apakah setelah kita marah-marah, kita merasa lega? Tenang? Masalah terselesaikan?
Saya membaca dalam satu artikel di majalah lokal, bahwa ada mitos yang salah untuk menghalalkan kemarahan seseorang :
1. Lebih baik kita mengeluarkan amarah ketimbang menahannya, karena jika ditahan akan menimbulkan penyakit (heh?)
2. Dengan marah maka membuat orang lain pasti merasa lebih segan untuk melawan kehendak kita (segan atau takut?)
3. Marah, menyerang, dan mengintimidasi dapat membantu mendapatkan rasa hormat dari orang lain
Dari mitos-mitos tersebut, mungkin berlaku apabila kita ingin menjadi preman. Apabila hal ini yang diterapkan dalam kehidupan kita dengan bersikap garang dan selalu marah, mungkin orang akan takut dengan kita, tetapi tidak akan menghargai kita.
Memang tidak baik apabila kita memendam kemarahan kita, hal tersebut bisa memunculkan pribadi yang sinis, memusuhi, serta memiliki kecenderungan untuk menjatuhkan orang lain. Itu sebabnya, saya menyimpulkan bahwa tidak ada orang yang mampu memendam kemarahan terlalu lama. Apabila kemarahan tersebut sudah diluar kendali, kita memerlukan anger management.
Menurut seorang psikolog Jerry Deffenbacher,seperti yang baca dalam artikel tersebut, kadar kemarahan yang dimiliki seseorang itu masing-masing berbeda. Beberapa orang memiliki kebiasaan marah dikarenakan adanya latar belakang keluarga yang kurang terampil untuk mengajarkan pola berkomunikasi yang baik, serta ada juga pengaruh dari sosiokultural.
Kemarahan sebenarnya merupakan respon alami terhadap ancaman dan membuat seseorang berusaha melakukan pertahanan diri. Tapi kemarahan tersebut dapat kita tekan melalui alam bawah sadar kita.
Ada beberapa cara untuk menekan keinginan untuk ‘meledak’ marah :
1. Bernafas teratur, guna mendapatkan udara segar ke paru-paru. Tubuh yang santai dapat membantu menenangkan diri serta menetralkan ketegangan
2. Memecahkan masalah. Terkadang kemarahan dan frustasi disebabkan oleh masalah yang tak terhindarkan dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu,kita harus tahu bagaimana cara menangani dan menghadapi masalah tersebut. Bukan amarah yang lebih dahulu dikedepankan, tetapi lebih kepada mencari solusi dari masalah yang dihadapi.
3. Berlatih komunikasi. Orang yang marah cenderung menarik kesimpulan yang tidak akurat. Oleh karena itu, jika sedang emosi, sebaiknya jangan mengatakan hal pertama yang muncul di kepala kita, tetapi berpikirlah lebih hati-hati tentang apa yang ingin kita katakan.
4. Menggunakan humor. Hal ini dapat membantu meredakan kemarahan dan situasi tegang. Penggunaan humor ini bukan untuk maksud meledek atau menertawai orang lain, tetapi gunakanlah humor untuk membantu diri lebih rileks
5. Mengubah lingkungan. Tanpa kita sadari, terkadang sumber kemarahan adalah lingkungan sekitar. Masalah dan tanggung jawab membebani diri kita sehingga seolah membuat kita terperangkap. Beristirahatlah dan pastikan untuk memanfaatkan “waktu pribadi” untuk melepaskan stress
6. Bila sedang marah, cobalah mengganti pikiran-pikiran kita dengan yang lebih rasional, bukan yang dramatis
Untuk menguasai amarah kita memang membutuhkan kerja keras yang tidak instan. Jika kita mau berlatih setahap demi setahap,keuntungannya adalah kita mampu mengendalikan diri dan semakin ahli dalam berekspresi sesuai dengan situasi dan kondisi yang dibutuhkan.
Emosi yang stabil akan membantu untuk membangun hubungan yang lebih baik, dikehidupan sehari-hari, maupun dalam karir.

Wednesday, October 03, 2012

I am alone

orang lain boleh melihatku selalu happy, seperti tidak ada masalah besar yang terjadi dalam hidupku.
mereka bebas untuk bercerita apapun yang terjadi dihidup mereka
tetapi ketika aku mengalami sesuatu masalah
aku baru menyadari kalau aku ternyata sendiri di dunia ini
aku memang memiliki Tuhan
tapi aku tidak memiliki teman, sahabat, atau apapun sebutan untuk mereka
kekasihpun tidak dapat kuandalkan
aku hampir pada titik ingin menghalalkan segala cara
bahkan halalkan apapun aku tidak tahu
aku sendirian
tidak ada satupun yang peduli
aku sendirian
orang lain asyik dengan masalahnya sendiri
aku sendirian
tiada siapapun yang bisa kujadikan pegangan
aku sendirian
I am alone