Friday, February 25, 2011

Gambaran Persahabatan Gay dengan Pria Heteroseksual

Skripsi written by me..
Setiap manusia membutuhkan terbinanya suatu hubungan dengan orang lain. Menurut Aristoteles, manusia adalah “the social animal”, dimana manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dekat dan berlangsung lama dengan orang lain (Myers, 2002). Adanya hubungan dengan orang lain, maka seseorang ingin mendapatkan dukungan dan berbagi pengalaman-pengalaman mereka (Westen, 2002). Hubungan dengan orang lain dapat berupa hubungan keluarga, pertemanan, pekerjaan, bahkan hubungan romantis (Westen, 2002).
Salah satu hubungan yang dibina oleh setiap orang adalah hubungan pertemanan. Teman merupakan sumber yang penting untuk mendapatkan kenyamanan, pemahaman dan dukungan, serta mampu memberikan nasehat ketika dibutuhkan (Bliesner & Adams, 1992, hlm. 28). Pertemanan merupakan suatu fungsi dari persahabatan. Suatu persahabatan mulai terbina ketika pertemanan melibatkan hubungan yang akrab dan terdapat hubungan emosional antara dua individu atau lebih. Persahabatan dapat terjadi baik antara sejenis maupun berbeda jenis kelamin, yang didasari saling pengertian, menghargai, serta mempercayai satu dan yang lainnya (Dariyo, 2003, hlm 127). Persahabatan sangat penting dan memiliki porsi yang besar dalam kehidupan seseorang. Kehadiran sahabat dapat memenuhi kebutuhan seseorang untuk berhubungan akrab dan memiliki hubungan emosional, salah satu contoh adalah adanya dukungan dan dorongan dari sahabat ketika kita mengalami permasalahan yang sulit. Dengan keberadaan sahabat, seseorang merasa tidak sendiri dan bisa merasa nyaman. Sebuah penelitian di Amerika menunjukkan bahwa kehadiran sahabat dapat memberikan dukungan dan bahkan dapat mengurangi stres jika dibandingkan dengan kehadiran keluarga (Bell, 1981, hlm.12).
Seorang individu memandang sahabatnya berdasarkan keberadaannya pribadi dan hubungan persahabatan mereka. Dibutuhkan lebih dari sekedar membentuk persahabatan yang baik saja, tetapi juga dapat memenuhi aspek-aspek dari suatu kualitas persahabatan. Aspek-aspek tersebut antara lain stimulating companionship dimana terdapat suatu aktivitas menyenangkan yang dilakukan bersama ; help yang mengarah pada pemberian bantuan untuk memenuhi kebutuhan sahabatnya ; intimacy dimana individu bersikap peka terhadap kondisi sahabatnya ; reliable alliance yang menunjukkan keberadaan dan loyalitas sahabat ; self validation yang mengarah pada penjagaan imej sahabat sebagai pribadi yang berharga ; serta emotional security dimana individu memberikan rasa aman secara emosional sahabatnya pada situasi-situasi baru (Harfiyanti, 1999). Suatu kualitas persahabatan penting bagi seorang individu. Mereka tidak dipandang sebagai suatu alat untuk memperoleh suatu keuntungan dari persahabatan (Bell, 1981), tetapi dapat menjadi diri mereka yang sepenuhnya dengan segala keberadaannya. Dalam hubungan sosial, terkadang kita menggunakan ‘topeng’ yang membuat kita tidak menjadi diri sendiri. Suatu persahabatan yang berkualitas mengakui imej dari seorang sahabat dengan segala keberadaannya, sehingga sahabat merasa aman dan memiliki harga diri yang positif (Bell, 1981). Tetapi suatu persahabatan bisa menjadi menurun hingga terpecah, dikarenakan mungkin adanya perubahan kepentingan dari salah satu pihak yang membuat hubungan persahabatan tidak menjadi kondisi yang tidak penting lagi. Dalam persahabatan pun terdapat tantangan maupun hambatan yang menurunkan kualitas persahabatan seseorang. Hambatan-hambatan yang bisa terjadi dalam persahabatan antara lain adanya ketidak puasan. Dalam suatu persahabatan pastilah terdapat konflik, dan ketika konflik itu semakin membesar, akan timbul ketidakpuasan sehingga persahabatan tidak berkembang (http://en.wikipedia.org/wiki/relationship_breakup).
Salah satu persahabatan yang terbina adalah persahabatan antara pria. Karakteristik persahabatan antara pria adalah keberanian, kesetiaan, melakukan tugas, dan kepahlawanan. Tidak banyak perbedaan dalam persahabatan antara pria dengan persahabatan antara wanita, mereka juga menginginkan adanya kenyamanan untuk menceritakan ide-ide atau pikiran-pikiran mereka. Walaupun banyak pria yang kurang mampu menunjukkan kebutuhan akan keintiman dengan sahabat karena persahabatan antara pria dalam keakraban dan dukungan emosional tidak bisa diacuhkan dapat mengarahkan pemikiran kepada homoseksualitas (Nardi,1992). Persahabatan antara pria seringkali berkisar pada kegiatan-kegiatan bersama, saling bercanda, dan saling melemparkan agresivitas verbal bahkan fisik.
Kebutuhan akan terbinanya suatu hubungan persahabatan juga diperlukan bagi kalangan homoseksual. Homoseksual merupakan suatu orientasi seksual seseorang kepada orang lain yang berjenis kelamin sama. Homoseksual pria disebut dengan gay, sedangkan homoseksual wanita disebut dengan lesbian (Dianawati, 2003, hlm 76). Homoseksual bukanlah suatu golongan penyakit, tetapi mereka merasakan ada semacam pembatasan bagi kalangan homoseksual untuk dapat merasa nyaman sebagai dirinya sendiri (Foucault, 1989). Dengan adanya pembatasan bahkan pengucilan dari masyarakat yang khawatir akan perkembangan kekuatan komunitas homoseksual, maka mereka lebih memilih untuk membina hubungan dengan sesama homoseksual serta membentuk kelompok pendukung bagi sesama homoseksual (Foucault, 1989., Green, 1978, hlm 414). Para homoseksual khawatir jika identitas seksualnya diketahui oleh masyarakat, maka mereka akan dipermalukan serta diperlakukan diskriminan (Oetomo, 2003). Para homoseksual ingin dipandang sebagaimana mereka sesungguhnya, dalam persahabatan, aktivitas rekreasi,pengembangan karir, maupun ketertarikan dalam sosial dan politik (Foucault,1989., King et al,1991,hlm 280). Tetapi terkadang yang mereka peroleh adalah diskriminatif, cibiran hingga penolakan (Auer,2002., Cruise,2004., Hebl,Foster,& Manix,2002). Sikap seperti itu membuat kalangan homoseksualmenjadi risih, gelisah, bahkan takut untuk mengakui dirinya adalah homoseksual dan akan berusaha untuk menyimpannya (Auer,2002,hlm.93).
Meskipun begitu, adanya perasaan nyaman dengan mengungkapkan diri mereka sebagai gay maupun lesbian sangat penting untuk perkembangan harga diri mereka. Mereka pun mulai memasuki masa dimana mereka mengakui bahwa orietasi seksual mereka adalah penyuka sesama jenis, atau mulai memasuki proses coming out. Coming out merupakan proses dimana seseorang sadar mengenai orientasi seksual diri sendiri dan mulai mengungkapkan kepada orang lain (Agustina, 2006, hlm. 13). Seorang homoseksual membutuhkan dukungan keluarga maupun sahabat ketika mereka mengakui orientasi seksual yang dimiliki sehingga membantu mereka melakukan penyesuaian baru (Jellison, McConnell, & Gabriel, 2004). Adanya respon yang kurang dari anggota keluarga, terutama orangtua, dapat mengancam proses coming out para homoseksual dan menyebabkan hubungan keluarga menjadi renggang (Connidis, 2003, hlm. 81). Kehadiran sahabat dapat menjadi penolong di saat-saat krisis seperti ini (Bell, 1981, hlm. 12). Seorang sahabat dapat melihat kondisi seorang homoseksual dan menghiburnya ketika mengalami masa sulit, sehingga ia merasa memiliki nilai penting bagi orang lain.
Diantara persahabatan yang dijalin oleh kalangan gay dengan kalangan heteroseksual, terdapat persahabatan yang mereka jalin dengan pria heteroseksual. Persahabatan gay dengan heteroseksual menjadi sebuah tantangan bukan hanya karena lingkungan heteroseksual yang masih bersikap sinis terhadap homoseksualitas, tetapi juga karena lingkungan homoseksual yang seakan memiliki dunia mereka sendiri (Pogrebin, 1987). Jika dilihat pada persahabatan antara pria heteroseksual dan gay, dibutuhkan rasa saling mendukung sehingga ada perasaan nyaman satu sama lain. Dengan mengabaikan perbedaan orientasi seksual itu menjadi satu tantangan dalam menjalin persahabatan diantara gay dan pria heteroseksual, jika melihat pada tekanan dan stereotip yang ada di masyarakat (Thompson, 1999). Jika hal itu tidak dapat diwujudkan, perasaan ditolak dapat terus mereka rasakan, karena ketidaknyamanan pria heteroseksual untuk menjalin hubungan dengan mereka. Memiliki perlakuan bahwa gay merupakan individu yang tidak hanya memandang pria secara seksualitas saja dibutuhkan bagi para gay. Gay memang memiliki budaya dan gaya hidup berbeda, tetapi rasa hormat yang mereka terima dalam persahabatan dengan pria heteroseksual dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka (Pogrebin, 1987,hlm.208).

No comments: